Tuesday, May 29, 2012

Kisah Syaikh Abu Yazid Al-Bustami

...Diriwayatkan oleh Syaikh Shamsuddin At-Tabrizi, bahwa suatu hari ketika Syaikh Abu Yazid Al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju ke  Makkah untuk menunaikan ibadah Haji,.... beliau berhenti untuk mengunjungi seorang ahli sufi di Kota  Basrah.... Ahli Sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan “Dari Mana Hai Yazid... dan anda mahu ke mana..?"

Syaikh Abu Yazid menjelaskan “Aku dalam perjalanan ingin menunaikan ibadah haji di Makkah... Singgah sebentar untuk bertanya khabar kepada Tuan..”.

Agak lama mereka berbual mesra, sehinggalah Ahli sufi itu mengajukan beberapa soalan kepada Syaikh Abu Yazid.
“Cukupkah belanja kamu untuk perjalanan ini Hai Yazid..?” tanya Ahli sufi itu.
“Cukup” jawab Syaikh Abu Yazid.
“Berapa belanja yang kamu bawa ?..” sang sufi bertanya lagi.
“200 dirham” jawab Syaikh Abu Yazid.
Sang sufi itu kemudian dengan serius menyatakan kepada Syaikh Abu Yazid  “Hai Yazid...Berikan saja wang itu kepadaku, dan bertawaflah di sekeliling diri ku sebanyak tujuh kali..”

Syaikh Abu Yazid  tenang mendengar ucapan Ahli sufi itu.., bahkan patuh dan menyerahkan wang 200 dirham itu kepada sang sufi ..tanpa ada rasa ragu sedikitpun.

Selanjutnya Ahli sufi itu berkata “Wahai Abu Yazid,... hatiku adalah rumah Allah, dan ka’bah juga adalah rumah Allah.... Hanya saja perbezaan antara ka’bah dan hatiku adalah,.... bahwasanya Allah tidak pernah memasuki ka’bah semenjak didirikannya,.... sedangkan Ia tidak pernah keluar dari hatiku sejak dibangunkan oleh-Nya...”

Syaikh Abu Yazid hanya menundukkan kepala, sambil hatinya memikirkan kata-kata Ahli sufi itu...
sang sufi itupun mengembalikan wang itu kepada beliau dan tersenyum sambil berkata “..Ambil semula Wang mu ini, dan teruskanlah perjalanan muliamu menuju ka’bah...” 

Syaikh Abu Yazid kemudiannya memeluk Ahli sufi itu dan berterima kasih atas satu ungkapan kata-kata yang sangat bermakna buat bekal perjalanan spiritual dirinya... dan disepanjang perjalanan ke Kota Makkah...Beliau tidak putus-putus dari memuji dan bertasbih kepada Allah...

Syaikh Abu Yazid al-Busthami adalah seorang wali yang sangat tidak asing di hati para penimba ilmu tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.... Beliau wafat sekitar tahun 261 H. Sedangkan Syaikh Syamsuddin at-Tabrizi (yang meriwayat kan kisah di atas) adalah juga seorang wali besar (wafat tahun 645 H.) 


Friday, May 25, 2012

Kisah Usamah Bin Zaid


Tahun ke-tujuh sebelum hijrah.... Ketika itu Rasulullah SAW sedang susah kerana tindakan kaum Qurasy yang menyakiti baginda dan para sahabat.... Kesulitan dan kesusahan berdakwah menyebabkan baginda senantiasa harus bersabar.... Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba baginda didatangkan dengan khabar gembira... berita mengabarkan kepada beliau, “Ummu Aiman melahirkan seorang bayi laki-laki.” Wajah Rasulullah berseri-seri karena gembira menyambut berita tersebut....

Siapakah bayi itu ? Sehingga, kelahirannya dapat mengubati hati Rasulullah SAW yang sedang berduka, berubah menjadi gembira ? .... Dialah, Usamah bin Zaid.

Para sahabat tidak merasa pelik bila melihat Rasulullah gembira dengan kelahiran bayi yang baru itu. Karena, mereka mengetahui kedudukan kedua orang tua bayi itu di sisi Rasulullah..... Ibu bayi tersebut ialah seorang wanita Habsyi yang diberkati, terkenal dengan panggilan “Ummu Aiman”(Barakah)....
Ummu Aiman adalah bekas orang gajian  ibunda Rasulullah Aminah binti Wahab.... Dialah yang mengasuh Rasulullah sewaktu kecil, selama ibunya masih hidup...dan dia juga lah yang mejaga Baginda sesudah ibunda wafat sehingga Rasulullah berkahwin dengan Khadijah..

Rasulullah menyayangi Ummu Aiman, sebagaimana layaknya sayangnya seorang anak kepada ibunya.... Baginda sering berucap, “Ummu Aiman adalah ibuku... satu-satunya sesudah ibu kandung ku wafat, dan satu-satunya keluargaku yang masih ada.”

Adapun bapa kepada bayi itu adalah bekas orang gajian (hamba) kesayangan Rasulullah, Zaid bin Haritsah.... Rasulullah kemudian mengisytiharkan  Zaid merdeka dan sebagai anak angkatnya sebelum ia memeluk Islam... Dia menjadi sahabat baginda dan tempat mempercayakan segala rahasia.... Dia juga menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah tangga baginda dan orang yang sangat dikasihi dalam Islam....

Kaum muslimin turut bergembira dengan kelahiran Usamah bin Zaid, melebihi kegembiraan mereka atas kelahiran bayi-bayi lainnya.... Hal itu biasa terjadi, kerana tiap-tiap sesuatu yang disukai Rasulullah juga disukai oleh mereka.... Bila baginda bergembira mereka pun turut bergembira... Bayi yang sangat beruntung itu mereka panggil “Al-Hibb wa Ibn Hibb” (kesayangan anak kesayangan)...  Kaum muslimin tidak berlebih-lebihan memanggil Usamah yang masih bayi itu dengan panggilan tersebut.... Kerana, Rasulullah memang sangat menyayangi Usamah.

Usamah sebaya dengan cucu Rasulullah, Hasan..... Hasan berkulit putih tampan, sangat mirip dengan datuknya, Rasulullah SAW...sementara  Usamah kulitnya hitam, hidungnya pesek, sangat mirip dengan ibunya wanita Habsyi.... Namun, kasih sayang Rasulullah kepada keduanya tiada berbeza.... Beliau sering mengambil Usamah, lalu meletakkan di salah satu pahanya.... Kemudian, diambilnya pula Hasan, dan diletakkannya di paha yang satunya lagi... Kemudian, kedua2 anak itu dirangkul bersama-sama ke dadanya, seraya berkata, “Ya Allah, saya menyayangi kedua anak ini, maka sayangi  lah pula akan mereka!”

Begitu sayangnya Rasulullah kepada Usamah, pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga keningnya luka dan berdarah.... Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah, tetapi Aisyah tidak mampu melakukannya.... baginda sendiri mendapatkan Usamah, lalu baginda hisap darah yang keluar dari lukanya dan diludahkannya.... Sesudah itu, baginda memujuk Usamah dengan kata-kata manis yang menyenangkan hingga hatinya merasa tenteram kembali....

Sebagaimana Rasulullah menyayangi Usamah waktu kecil, baginda juga tetap menyayanginya ketika dia dewasa.... Hakam bin Hizam, seorang pemimpin Qurasy, pernah menghadiahkan pakaian mahal kepada Rasulullah SAW... Hakam membeli pakaian itu di Yaman dengan harga lima puluh dinar emas dari Yazan, seorang pembesar Yaman. Rasulullah enggan menerima hadiah dari Hakam, sebab ketika itu dia masih musyrik.... Lalu, pakaian itu dibeli oleh baginda dan hanya dipakainya sekali ketika hari Jumat... Pakaian itu kemudiannya diberikan kepada Usamah.... Usamah senantiasa memakainya pagi dan petang di tengah-tengah para pemuda Muhajirin dan Anshar sebayanya.

Ketika Usamah meningkat remaja, sifat-sifat dan pekerti yang mulia sudah kelihatan pada dirinya, yang memang layak menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah.... Dia cerdik dan pintar, bijaksana dan pandai, takwa dan wara’....bahkan dia senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela.

Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah SAW. Beserta serombongan pemuda2 sebayanya,terdiri dari putra-putra para sahabat... Mereka ingin turut jihad fi-sabilillah. ...Sebahagian mereka diterima Rasulullah dan sebahagian lagi ditolak karena usianya masih sangat muda.... Usamah bin Zaid termasuk kelompok pemuda2 yang tidak diterima. ...Karena itu, Usamah pulang sambil menangis.... Dia sangat sedih karena tidak diperkenankan untuk turut berperang di bawah bendera Rasulullah SAW.

Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid datang lagi bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. ....Usamah berdiri tegap di hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankannya untuk ikut berperang.... Rasulullah kasihan melihat Usamah yang keras hati ingin turut berperang.... Kerana itu, beliau mengizinkannya, Usamah pergi berperang menyandang pedang,.. jihad fi-sabilillah.... Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.

Ketika terjadi Perang Hunain,.. tentara muslimin terdesak sehingga barisan hadapannya menjadi kacau bilau. ...Tetapi, Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama dengan ‘Abbas (bapa saudara Rasulullah), dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia... Dengan kelompok kecil ini, Rasulullah berhasil mengembalikan kepincangan para sahabatnya kepada kemenangan..... Beliau berhasil menyelamatkan kaum muslimin yang lari dari di kejar kaum musyrikin.

Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut berperang di bawah pimpinan perang ayahnya, Zaid bin Haritsah.... Ketika itu umurnya kira-kira lapan belas tahun.

Usamah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bila mana ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada.... Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak pula mundur.... Bahkan, dia terus bertempur tanpa henti di bawah komandan Ja’far bin Abi Thalib hingga Ja’far juga syahid di hadapan matanya.... Usamah menyerbu di bawah komandan Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini juga gugur menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid. Kemudian, komandan tentera islam diambil alih oleh Khalid bin Walid,.... Usamah bertempur di bawah komandan Khalid.... Dengan jumlah tentara yang tinggal sedikit, kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentera Rom.

Selesai peperangan, Usamah kembali ke Madinah dengan menyerahkan berita kematian ayahnya kepada Allah SWT... Jasad ayahnya ditinggalkan dan dimakamkam di bumi Syam (Syiria) sebagai mengenang segala kebaikannya ....

Pada tahun ke-sebelas (11) hijrah ...Rasulullah menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentera untuk memerangi pasukan Rom.... Dalam pasukan itu terdapat antara lainnya, Abu Bakar As-Sidiq, Umar Al-Khattab, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain sahabat yang tua-tua (senior).

Rasulullah SAW mengangkat Usamah bin Zaid yang masih remaja menjadi panglima seluruh pasukan yang akan diberangkatkan.... Ketika itu usia Usamah belum melebihi dua puluh tahun. Beliau memerintahkan Usamah supaya berhenti di Balqa’ dan Qal’atut Daarum dekat Gazzah, termasuk wilayah kekuasaan Rom.

Ketika bala tentera sedang bersiap-siap menunggu perintah berangkat, Rasulullah SAW jatuh sakit dan kian hari sakitnya semakin tenat.... Kerana sebab itu, keberangkatan pasukan ditangguhkan sementara menunggu keadaan Rasulullah pulih.

Kata Usamah, “Ketika sakit Rasulullah bertambah berat, saya datang menghadap baginda, setelah saya masuk, saya dapati baginda sedang diam tidak berkata-kata karena kerasnya sakit beliau. Tiba-tiba baginda mengangkat tangan dan meletakkannya ke tubuh saya. Saya tahu baginda memanggilku.

Tidak berapa lama kemudian Rasulullah pulang ke rahmatullah (wafat). Abu Bakar As-Sidiq kemudian terpilih dan dilantik menjadi khalifah.... Khalifah Abu Bakar meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, sesuai dengan rencana awal yang telah digariskan Rasulullah.... Tetapi, sekelompok kaum Ansar menghendaki supaya menangguhkan pemberangkatan pasukan. ...Mereka meminta Umar Al-Khattab berbincang dengan Khalifah Abu Bakar.

Kata mereka, “Jika khalifah tetap berkeras hendak meneruskan pengiriman pasukan sebagaimana dikehendakinya, kami mengusulkan panglima pasukan (Usamah) yang masih remaja ditukar dengan tokoh yang lebih tua dan berpengalaman.”

Mendengar ucapan Umar yang menyampaikan usul dari kaum Ansar itu, Abu Bakar bangun menghampiri Umar seraya berkata dengan marah, “Hai putra Khattab ! Rasulullah telah mengangkat Usamah. Engkau tahu perkara itu.... Kini engkau menyuruhku membatalkan keputusan Rasululllah ??... Demi Allah, tidak akan aku lakukan begitu!”

Bila Umar kembali kepada orang banyak, mereka menanyakan bagaimana hasil perbincangan dengan khalifah tentang usul mereka. Kata Umar, “Setelah saya sampaikan usul kalian kepada Khalifah, belaiu menolak ,malahan saya di marahi pula.... Saya dikatakan berani untuk membatalkan keputusan Rasulullah. " Maka, pasukan tentara muslimin pun berangkat di bawah pimpinan panglima yang masih muda remaja, Usamah bin Zaid. ....Khalifah Abu Bakar turut menghantarkannya berjalan kaki, sedangkan Usamah menunggang Kuda.

Kata Usamah, “Wahai Khalifah Rasulullah! Anda sajalah yang menaiki kuda ini... Biarlah saya turun dan berjalan kaki. “

Jawab Abu Bakar, “Demi Allah! jangan turun! Demi Allah! saya tidak mahu menaiki  kuda! Biarlah kaki saya kotor, sementara mengantar engkau berjuang fi-sabilillah! Saya titipkan engkau, agama engkau, kesetiaan engkau, dan kesudahan perjuangan engkau kepada Allah.....Saya berwasiat kepada engkau, laksanakan sebaik-baiknya segala perintah Rasulullah kepadamu!”

Kemudian, Khalifah Abu Bakar lebih mendekat kepada Usamah. Katanya, “Jika engkau setuju biarlah Umar tinggal bersama saya.... Izinkanlah dia tinggal untuk membantu saya.." Usamah kemudian mengizinkannya...

Usamah terus maju membawa pasukan tentara yang dipimpinnya. Segala perintah Rasulullah kepadanya dilaksanakan sebaik-baiknya.... Tiba di Balqa’ dan Qal’atud Daarum, (termasuk daerah Palestina), Usamah berhenti dan memerintahkan tenteranya berkemah...Dari situ beliau merangka stratergi dan dengan kebijaksanaan motivasi beliau, Kehebatan Rom dapat dihapuskan dari hati kaum muslimin.

Lalu, dibentangkannya jalan raya di hadapan mereka bagi penaklukan Syam (Syiria) dan Mesir...

Usamah berhasil kembali dari medan perang dengan kemenangan gemilang. Mereka membawa harta rampasan yang banyak, melebihi perkiraan yang diduga orang.... Sehingga, orang mengatakan, “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang dibawa pasukan Usamah bin Zaid.”

Usamah bin Zaid sepanjang hidupnya berada di tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin. Karena, dia senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah dengan sempurna dan memuliakan peribadi Rasulullah. 
 

Tuesday, May 22, 2012

Saidina Ali dan Soalan Pendita Yahudi (Part 3)

.....Pendita Yahudi kemudian bertanya lagi  "Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, cuba terangkan kepadaku berapa nilai wang lama itu dibanding dengan wang baru!" ...

Saidina Ali menerangkan "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW  ada menceritakan kepadaku, bahawa wang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan wang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru...."

Saidina Ali kemudian melanjutkan ceritanya " Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun..! Berikan semua itu kepadaku!  Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!".... "Aku tidak menemukan harta karun," kata  Tamlikha. "Wang ini aku dapat tiga hari yang lalu hasil dari penjualan buah kurma.... Aku kemudian meninggalkan kota kerana orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!"

Penjual roti itu marah. Lalu berkata "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa wangmu itu kepadaku ? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam ! Apakah engkau ingin memperbudak-budakkan aku ?"

Tamlikha lalu ditangkap... Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil.... Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha "Bagaimana cerita tentang orang ini?" "Dia menemukan harta karun," jawab orang-orang yang membawanya. 


Raja berkata kepada Tamlikha "Engkau tak perlu takut! Nabi Isa AS memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu.... Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat....." Tamlikha menjawab: "Tuanku, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!" Raja bertanya sambil kehairanan "Engkau penduduk kota ini?" ..."Ya Benar," sahut Tamlikha... "Adakah orang yang kau kenal?" tanya raja lagi. "Ya, ada," jawab Tamlikha. "Cuba sebutkan siapa namanya," perintah raja....

Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1,000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan.... Mereka berkata: "Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?" "Ya, tuanku," jawab Tamlikha.... "Utuslah seorang menyertai aku !" Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi....  Tamlikha mengajak mereka menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu.... Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengiringnya "Inilah rumahku! "...

Pintu rumah itu lalu diketuk.... Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia....  Alis mata di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata kerana sudah terlampau tua... Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang "Kamau ada urusan apa datang kesini ?" Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya !" Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha.... Sambil mengamat-amati, ia bertanya: "Siapa namamu ?" "Aku Tamlikha anak Filistin!" Orang tua itu lalu berkata: "Cuba ulangi lagi !"

Tamlikha menyebut lagi namanya.... Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap "Ini adalah datuk ku !.... Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka...." Kemudian diteruskannya dengan suara terharu "Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi.... Nabi kita, Isa AS, dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahawa mereka itu akan hidup kembali!"

Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian dilaporkan kepada Raja... Dengan menunggang kuda, Raja segera berangkat menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi.... Setelah melihat Tamlikha, Raja segera turun dari kuda sambil bertanya "Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu ?" .... Tamlikha memberi tahu, bahawa semua temannya masih berada di dalam gua. "Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Saidina Ali melanjutkan ceritanya.

Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka "Aku khuatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau bunyi senjata.... Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua.... Oleh kerana itu kamu berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka !"

Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: "Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius !"... Tamlikha bertanya " Tahukah kamu ?, sudah berapa lamakah kita tinggal di sini ?".... "Kita tinggal sehari atau beberapa hari saja," jawab mereka..... "Tidak!" kata Tamlikha. "Kita sudah tinggal di sini selama 309 tahun..!!... Diqyanius sudah lama meninggal dunia ! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!"

Teman-teman Tamlikha berkata.. "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh dunia ?" "Lantas apa yang kamu inginkan?" Tamlikha kembali bertanya. "Angkatlah tanganmu ke atas"...Lalu mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa pengetahuan orang lain ! "

Allah SWT mengabulkan permohonan mereka.... Lalu memerintahkan Malaikat Maut mencabut kembali nyawa mereka.... Kemudian Allah SWT melenyapkan pintu gua tanpa bekas.... Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil.... Tidak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lain ke dalam guaitu.... Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah SWT.... Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.

Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku ! Akan aku dirikan sebuah tempat ibadah di dekat bukit itu..." Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku ! Akan ku dirikan sebuah biara di dekat bukit itu."

Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam.... Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman: "Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, "Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka." Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, "Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid."

Sampai di situ Saidina Ali bin Abi Talib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua.... Kemudian berkata kepada pendita Yahudi yang menanyakan kisah itu... "Wahai Pendita Yahudi,...Itulah, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka.... Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang aku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kamu ?"

Pendita Yahudi itu menjawab "Ya Abal Hasan !!, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun..! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahawa tiada tuhan selain Allah dan bahawa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahawa engkau orang yang paling berilmu di kalangan umat ini..!"


Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashabul Kahfi), yang diambil dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Saidina Ali bin Abi Talib K.W.J. dari Rasulullah SAW.


Friday, May 18, 2012

Saidina Ali dan Soalan Pendita Yahudi (Part 2)

..."Cuba terangkan kepadaku tentang sejumlah pemuda yang pada zaman dahulunya sudah mati selama 309 tahun,... kemudian dihidupkan kembali oleh Allah.... Bagaimana hikayat tentang mereka itu ? " Tanya pendeta tadi....

Ali bin Abi Talib menjawab "Hai pendeta Yahudi,... mereka itu ialah para penghuni gua.... Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah SWT kepada RasulNya. Jika engkau mahu, akan kubacakan kisah mereka itu...."

Pendeta Yahudi itu menyahut: "Aku sudah banyak mendengar tentang Quran kamu itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, cuba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"

Ali bin Abi Talib kemudian membetulkan duduknya, merapatkan lututnya ke depan perut,...dan menumpukan perhatiannya ke satu sudut,...  Lalu ia pun memulakan cerita "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah SAW kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahawa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus.... Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese).....setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (sekarang terletak di dalam wilayah Turki).... Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius.... Ia seorang raja kafir yang amat sombong dan zalim.... Ia datang menyerbu negeri itu , dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus...  Kota itu dijadikan ibukota kerajaannya, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Ceritanya baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu lalu berdiri, dan terus bertanya lagi "Jika engkau benar-benar tahu, cuba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya !" 
Saidina Ali bin Abi Talib kemudian menerangkan "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh, dan lebarnya pun satu farsakh..... Tiang-tiangnya berjumlah seribu batang, semuanya di perbuat dari emas, dan lampu-lampu juga berjumlah seribu buah,... juga semuanya di perbuat dari emas.... Lampu-lampu itu digantung pada rantai-rantai yang terbuat dari perak.... Tiap-tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya.... Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi.... Raja itu pun mempunyai sebuah singgahsana dari emas... Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kerusi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaannya duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kerusi dari emas, untuk duduk para menteri dan penguasa-penguasa tinggi raja.... Raja duduk di atas singgahsana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai di situ,.. pendeta yang yang berdiri itu pun  bertanya lagi "
Jika engkau benar-benar tahu, cuba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat ?"
 "Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan lagi, "Mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam... Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang.... Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah.... Seluar mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau.... Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah.... Masing-masing diberi tongkat dari emas.... Mereka harus berdiri di belakang raja.... Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya.... Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di sisi raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."
.
Pendita itu bertanya lagi "Hai Ali, jika apa yang kau katakan itu benar, cuba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"...
Imam Ali r.a. menjawab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW menceritakan kepadaku, bahawa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.

Demikianlah raja itu berada di atas singgahsana kekuasaan selama tiga puluh tahun.... Selama itu juga ia tidak pernah diserang penyakit,... tidak pernah merasa pening kepala, sakit perut, demam, batuk dan sebagainya.... Sehingga sang raja merasa dirinya sedemikian kuat dan sihat, ia mulai bongkak, durhaka dan zalim.... Ia mula mengaku dirinya sebagai "tuhan" dan tidak mahu lagi mengakui adanya Allah SWT.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya.... Tetapi barang siapa yang tidak mahu taat atau tidak bersedia mengikuti kemahuannya, mereka akan segera dibunuh..... Oleh sebab itu semua orang terpaksa menurut segala kemahuannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah SWT.

Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, sedang raja duduk di atas singgahsananya,.... tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahawa ada balatentara asing sedang menyusup masuk untuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja.....mendengar berita itu raja menjadi cemas dan gelisah,....hingga tanpa disedari, mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala... 


Tamlikha yang berada di kanan raja ketika itu memperhatikan keadaan sang raja dengan penuh tandatanya.... Ia berfikir, lalu berkata di dalam hatinya "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya,... tentu dia tidak akan sedih, tidak cemas, tidak bimbang dan gentar.....  kerana itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."

Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergilir-gilir.... Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya... Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum.... Teman-temannya bertanya "Hai Tamlikha, kenapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum bersama ?"

"Teman-teman,"... sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur..." Teman-temannya bertanya "Apakah yang merisaukan hatimu, Tamlikha ?" "Sudah lama aku memikirkan soal langit...," ujar Tamlikha menjelaskan " Aku lalu bertanya pada diriku sendiri ...Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang sentiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang memegangnya dari bawah ?... Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu ?... Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang yang bertaburan ? ... Kemudian aku fikirkan juga bumi ini... Siapakah yang membentang dan menghamparkannya di cakrawala ?.... Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak senget ? .... Aku juga lama sekali memikirkan tentang diriku ini .... Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku ?.... Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku ?.... Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius…"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya.... Dua kaki Tamlikha dicium sambil berkata " Hai Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu.... Oleh kerana itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua !" 


"Saudara-saudara," jawab Tamlikha, ...."Kita harus lari meninggalkan raja yang zalim itu,... dan pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi! " "Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya.

Berbekalkan wang sebanyak 3 dirham....  Lalu berangkat mereka berenam.... Setelah berjalan 3 batu jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya "Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya... Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."

Mereka meneruskan perjalanan sehingga bertemu dengan seorang pengembala... mereka bertanyakan kepada pengembala "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu ? "... "Aku mempunyai semua yang kalian inginkan," sahut penggembala itu.... "Tetapi aku lihat wajah kamu semuanya seperti kaum bangsawan.... Aku rasa kamu seperti sedang melarikan diri.... Cuba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kamu ini !"

jawab mereka. "Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta... Apakah kami akan selamat jika kami menceritakan yang sebenarnya ?" "Ya," jawab penggembala itu.... Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka... Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera berlutut di depan mereka, dan berkata "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian.... Kalian berhenti sajalah dahulu di sini ....Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya.... Nanti aku akan segera kembali  kepada kamu..." Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya.... Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."

Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, kelihatan wajah pendita Yahudi yang bertanya itu seolah-olah sedang bersungguh untuk mengetahui dengan lebih lanjut tentang cerita tersebut.... lalu dia bertanya lagi,.. "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, cuba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?".... "Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Talib, "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW. menceritakan kepadaku, bahawa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qitmir....

Mereka lalu pergi meneruskan perjalanan sehingga bertemu dengan sebuah bukit...  mereka naik ke atas bukit itu ....dan berjumpa dengan sebuah gua...

Pendeta Yahudi itu bertanya Imam Ali lagi... "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!" Imam Ali menjelaskan: "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram !"

Ali bin Abi Talib meneruskan ceritanya " mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua.... Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat Maut supaya mencabut nyawa mereka.... dan Allah SWT mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri.... Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri..."

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta... ia bertanya tentang enam orang pembantunya.... Ia mendapat jawapan bahawa mereka itu semua telah melarikan diri.... Raja Diqyanius sangat marah... dan memerintahkan 80,000 pasukan berkuda untuk berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri.... mereka bertemu dengan anak bukit bukit itu, kemudian mendekati gua..... Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua.

Kepada para pengikutnya raja berkata "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua itu.... Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari! " ....Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan dan simen... Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya.. "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu." Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun...

Kemudian Allah SWT mengembalikan semula nyawa mereka,... mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidur... Yang seorang berkata kepada yang lainnya "Malam tadi kita lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air !"

Setelah mereka berada di luar gua, mereka lihat mata air itu sudah mengering  dan pohon buah yang ada pun sudah menjadi kering juga.... Allah SWT membuat mereka mulai merasa lapar... lalu mereka saling bertanya "Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa wang untuk mendapatkan makanan ?

Tamlikha kemudian berkata "Hai saudara-saudara, biarlah aku sahaja yang pergi untuk mendapatkan makanan.... Hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini! " Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalinya, ....melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui... Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar dan bertuliskan "Tiada Tuhan selain Allah ..."

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri " adakah aku ini masih tidur !" Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil... Ia berjalan dengan orang-orang yang belum pernah dikenalinya.... Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti " Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini ?"... "Aphesus," sahut penjual roti itu.... " Siapakah nama raja dibandar ini ?" tanya Tamlikha lagi.... "Abdurrahman," jawab penjual roti...


"Ambillah wang ini dan berilah makanan kepadaku!"... Melihat wang itu, penjual roti itu kehairanan.... Kerana wang yang dibawa Tamlikha itu wang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat...

........bersambung

Thursday, May 17, 2012

Saidina Ali dan Soalan Pendita Yahudi (Part 1)

...Pada masa Umar Ibnul Khattab memangku jawatan sebagai Khalifah Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: "Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawapan kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi.... Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberikan jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi."

"Silakan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,"
sahut Khalifah Umar.
"Jelaskan kepada kami tentang perkara induk yang mengunci langit, apakah itu?" Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. "Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu ?... Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberikan peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin!... Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya !"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: " Jika aku menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang aku tidak tahu jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan !''

Mendengar jawapan Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya lalu tersenyum, berdiri dan melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil !"

Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar !"

Salman bergegas pergi ke rumah Ali bin Abu Thalib.... Setelah bertemu, Salman berkata:"Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam !"

Imam Ali R.A bingung, lalu bertanya: "Mengapa ?"
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab.... Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar.... Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu memeluknya, sambil berkata: "Ya Abal Hasan, tiap-tiap kesulitan besar, engkau selalu kupanggil !"

Setelah berhadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abu Thalib herkata: "Silakan bertanya tentang apa saja yang anda inginkan... Rasul Allah (Muhammad SAW) sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu !"

Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka.... Sebelum menjawab, Ali berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kamu,... jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu,.. sesuai dengan apa yang ada di dalam Taurat, kamu bersedia memeluk agama kami dan beriman ?!"

"Ya benar !" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abu Thalib.
Mereka mulai bertanya: "Apakah perkara induk yang mengunci pintu-pintu langit?"

"Induk kunci itu,...." jawab Ali bin Abi Thalib, "....ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik lelaki maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!"

Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci itu ialah Syahadat (Kesaksian) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"

Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: "Orang ini benar !" Mereka bertanya lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!"

"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abu Thalib.... "Nabi Yunus as. dibawa keliling tujuh samudera ! (lautan)"

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"

Ali bin Abu Thalib menjawab: "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Daud A.S.... Semut itu berkata kepada kaumnya.. "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kamu, agar tidak dipijak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sedar!"

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"

Ali bin Abu Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam... Kedua, Hawa... Ketiga, Unta Nabi Salleh.... Keempat, kambing Nabi Ibrahim.... dan Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)."

Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawapan-jawapan serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali R.A. lalu mengatakan: "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"

Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. ...Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."

....bersambung


Monday, May 14, 2012

Kisah Mubahallah antara Rasulullah dengan Pendeta Nasrani

....telah datang menghadap Rasulullah SAW, utusan orang-orang Nasrani Najran, yang terdiri daripada 60 penunggang kuda,...di antara mereka, terdapat 14 orang dari kalangan bangsawan....

Mereka masuk ke kota Madinah dan masuk ke dalam masjid Rasulullah (Nabawi) ketika baginda sedang bersembahyang Asar... Mereka mengenakan pakaian yang mewah sehingga berkata orang-orang yang melihat mereka, “tidak pernah kami melihat utusan sehebat mereka...”

Mereka dibiarkan melakukan sembahyang menurut agama mereka dengan menghadap ke arah timur... dan kemudian setelah selesai, ketiga-tiga pemimpin mereka iaitu Abu Haritsah bin Alqamah, Abdul Masih dan Al-Aiham bersoal jawab dengan Rasulullah...

Mereka menegaskan kepercayaan mereka tentang Nabi Isa, bahawa baginda (Isa) adalah Tuhan, putera Allah dan satu dari tiga senyawa (triniti)....Sebagai dalil dan alasan akan kebenaran dan kepercayaan itu, mereka kemukakan bahawa Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati, dapat menyembuhkan orang sakit, buta dan sopak,...serta dapat memberitahu tentang hal-hal perkara  yang ghaib dan membentuk dari tanah liat seekor burung lalu meniup menjadi burung hidup yang bernyawa..(Pada hal Nabi Isa melakukan semua itu dengan izin Allah yang telah memberikannya mukjizat dan sebagai tanda kekuasaanNya ke atas hamba-hambanya).

Kemudian Rasulullah mengemukakan firman Allah, Surah Ali-Imran :  

Sesungguhnya perbandingan (kejadian) Nabi Isa di sisi Allah adalah sama seperti (kejadian) Nabi Adam.  Allah telah menciptakan Adam dari tanah lalu berfirman kepadanya: Jadilah engkau! maka jadilah ia. Perkara yang benar ialah yang datang dari Tuhanmu.  Maka jangan sekali-kali engkau menjadi dari orang-orang yang ragu-ragu.” (ayat 59 -60)

Oleh sebab mereka masih berdegil dan tetap dengan pendirian itu, maka Allah memerintahkan Rasulullah mengajak mereka “bermubahalah” di padang yang terbuka....

Ketika Rasulullah datang ke arena mubahalah dengan disertai Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, orang-orang Nasrani terperanjat...Para pendita Nasrani berharap Rasulullah membawa sebahagian besar sahabatnya untuk bermubahalah dan bukan sekelompok kecil dari ahlubaitnya (keluarganya)....Mereka mengharapkan Rasulullah memanggil seluruh umat Islam seperti mana keluar untuk berjihad.

Tetapi medan tersebut bukanlah medan peperangan dan jihad. Ia adalah medan doa dan munajat untuk menegakkan kebenaran dan membuka tabir kebatilan.... Dan tidak ada yang dapat membuka tabir kebatilan, kecuali orang-orang yang paling baik dan paling mulia di muka bumi.

Menurut pelbagai riwayat, ketika Rasulullah menyeru para pendita Nasrani untuk masuk Islam, mereka menolak ajaran baginda dan enggan berbai'ah kepada baginda tetapi sebaliknya menuduh baginda dengan kebohongan....apabila dekat dengan saat untuk bermubahalah, para pendita Nasrani dan sekelompok besar para pengikutnya berkumpul, mereka menunggu kedatangan Rasulullah...

Mereka terkejut melihat saat Rasulullah datang dengan langkah yang mantap dengan disertai ahlulbaitnya.... Satu tangan baginda memimpin tangan Sayyidina Husain manakala satu tangan lagi memimpin Sayyidina Hasan.... Fatimah berjalan di belakang baginda dengan dipenuhi cahaya dan Sayyidina Ali mengikuti mereka dengan memancarkan kebesaran.

Ketika itu As-Sayyid dan Al-’Aqib (dua pembesar Najran) datang kepada Rasulullah.... sudah kelihatan pada diri mereka keraguan dan keresahan.... Mereka bertanya, “Wahai Abal Qasim (gelaran Rasulullah), dengan disertai siapa engkau akan bermubahalah dengan kami ?

Rasulullah menjawab, “saya akan bermubahalah dengan disertai sebaik-baiknya penduduk bumi dan semulia-mulianya makhluk di sisi Allah.”
Kemudian, Rasulullah menunjuk kepada Sayyidina Ali, Fatimah Zahra, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain...

Mereka bertanya dengan penuh kehairanan, “mengapa engkau tidak bermubahalah dengan disertai orang-orang besar dan mulia yang beriman dan mengikutimu?”
Rasulullah berkata, “tentu, aku akan bermubahalah denganmu dengan disertai mereka, sebaik-baiknya penduduk bumi dan seutama-utamanya makhluk.”

Hati mereka bergoncang dipenuhi rasa takut dan kekhuatiran.  Akhirnya, mereka kembali menemui pendita mereka untuk meminta petunjuk....
Mereka berkata kepada pemimpin mereka, “wahai Abu Haritsah, bagaimana pendapatmu dalam perkara ini ? "
Pendita mereka menjawab, “aku melihat wajah-wajah yang jika salah seorang dari mereka memohon kepada Allah supaya gunung dihilangkan dari tempatnya maka Allah akan menghilangkan gunung itu....Tidakkah engkau sedang melihat, Muhammad sedang mengangkat kedua tangannya sambil menunggu terkabul doanya....  Demi Al-Masih,  jika dia menggerakkan mulutnya dengan satu kata, maka kita tidak dapat kembali kepada keluarga dan harta kita.”

Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang dan meninggalkan arena mubahalah..... Mereka rela walaupun harus menanggung kehinaan dan membayar jizyah (denda).

Peristiwa mubahalah ini merupakan detik terpenting dalam sejarah Islam.... Pengakuan oleh Nasrani Najran ini membuktikan bahawa mereka mengetahui kenabian dan kerasulan Muhammad adalah BENAR... kerana kalau tidak kenapa mereka berundur dari medan mubahalah...Mereka juga menerima syarat yang diajukan oleh Rasulullah dengan membayar jizyah.

Kejadian besar ini membuktikan kebenaran kenabian Rasulullah yang mulia dan kebenaran agama Islam yang dibawanya.

A061
“Kemudian sesiapa yang membantahmu (wahai Muhammad) mengenainya, sesudah engkau beroleh pengetahuan yang benar, maka katakanlah kepada mereka: “Marilah kita menyeru anak-anak kami serta anak-anak kamu, dan perempuan-perempuan kami serta perempuan-perempuan kamu, dan diri kami serta diri kamu". Kemudian kita memohon kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, serta kita meminta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta." (surah Ali-Imran, ayat 61)