Friday, May 18, 2012

Saidina Ali dan Soalan Pendita Yahudi (Part 2)

..."Cuba terangkan kepadaku tentang sejumlah pemuda yang pada zaman dahulunya sudah mati selama 309 tahun,... kemudian dihidupkan kembali oleh Allah.... Bagaimana hikayat tentang mereka itu ? " Tanya pendeta tadi....

Ali bin Abi Talib menjawab "Hai pendeta Yahudi,... mereka itu ialah para penghuni gua.... Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah SWT kepada RasulNya. Jika engkau mahu, akan kubacakan kisah mereka itu...."

Pendeta Yahudi itu menyahut: "Aku sudah banyak mendengar tentang Quran kamu itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, cuba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"

Ali bin Abi Talib kemudian membetulkan duduknya, merapatkan lututnya ke depan perut,...dan menumpukan perhatiannya ke satu sudut,...  Lalu ia pun memulakan cerita "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah SAW kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahawa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus.... Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese).....setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (sekarang terletak di dalam wilayah Turki).... Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius.... Ia seorang raja kafir yang amat sombong dan zalim.... Ia datang menyerbu negeri itu , dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus...  Kota itu dijadikan ibukota kerajaannya, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Ceritanya baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu lalu berdiri, dan terus bertanya lagi "Jika engkau benar-benar tahu, cuba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya !" 
Saidina Ali bin Abi Talib kemudian menerangkan "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh, dan lebarnya pun satu farsakh..... Tiang-tiangnya berjumlah seribu batang, semuanya di perbuat dari emas, dan lampu-lampu juga berjumlah seribu buah,... juga semuanya di perbuat dari emas.... Lampu-lampu itu digantung pada rantai-rantai yang terbuat dari perak.... Tiap-tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya.... Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi.... Raja itu pun mempunyai sebuah singgahsana dari emas... Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kerusi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaannya duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kerusi dari emas, untuk duduk para menteri dan penguasa-penguasa tinggi raja.... Raja duduk di atas singgahsana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai di situ,.. pendeta yang yang berdiri itu pun  bertanya lagi "
Jika engkau benar-benar tahu, cuba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat ?"
 "Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan lagi, "Mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam... Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang.... Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah.... Seluar mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau.... Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah.... Masing-masing diberi tongkat dari emas.... Mereka harus berdiri di belakang raja.... Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya.... Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di sisi raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."
.
Pendita itu bertanya lagi "Hai Ali, jika apa yang kau katakan itu benar, cuba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"...
Imam Ali r.a. menjawab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW menceritakan kepadaku, bahawa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.

Demikianlah raja itu berada di atas singgahsana kekuasaan selama tiga puluh tahun.... Selama itu juga ia tidak pernah diserang penyakit,... tidak pernah merasa pening kepala, sakit perut, demam, batuk dan sebagainya.... Sehingga sang raja merasa dirinya sedemikian kuat dan sihat, ia mulai bongkak, durhaka dan zalim.... Ia mula mengaku dirinya sebagai "tuhan" dan tidak mahu lagi mengakui adanya Allah SWT.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya.... Tetapi barang siapa yang tidak mahu taat atau tidak bersedia mengikuti kemahuannya, mereka akan segera dibunuh..... Oleh sebab itu semua orang terpaksa menurut segala kemahuannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah SWT.

Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, sedang raja duduk di atas singgahsananya,.... tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahawa ada balatentara asing sedang menyusup masuk untuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja.....mendengar berita itu raja menjadi cemas dan gelisah,....hingga tanpa disedari, mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala... 


Tamlikha yang berada di kanan raja ketika itu memperhatikan keadaan sang raja dengan penuh tandatanya.... Ia berfikir, lalu berkata di dalam hatinya "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya,... tentu dia tidak akan sedih, tidak cemas, tidak bimbang dan gentar.....  kerana itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."

Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergilir-gilir.... Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya... Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum.... Teman-temannya bertanya "Hai Tamlikha, kenapa engkau tidak mahu makan dan tidak mahu minum bersama ?"

"Teman-teman,"... sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur..." Teman-temannya bertanya "Apakah yang merisaukan hatimu, Tamlikha ?" "Sudah lama aku memikirkan soal langit...," ujar Tamlikha menjelaskan " Aku lalu bertanya pada diriku sendiri ...Siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang sentiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang memegangnya dari bawah ?... Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu ?... Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang yang bertaburan ? ... Kemudian aku fikirkan juga bumi ini... Siapakah yang membentang dan menghamparkannya di cakrawala ?.... Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak senget ? .... Aku juga lama sekali memikirkan tentang diriku ini .... Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku ?.... Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku ?.... Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius…"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya.... Dua kaki Tamlikha dicium sambil berkata " Hai Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu.... Oleh kerana itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua !" 


"Saudara-saudara," jawab Tamlikha, ...."Kita harus lari meninggalkan raja yang zalim itu,... dan pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi! " "Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya.

Berbekalkan wang sebanyak 3 dirham....  Lalu berangkat mereka berenam.... Setelah berjalan 3 batu jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya "Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya... Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."

Mereka meneruskan perjalanan sehingga bertemu dengan seorang pengembala... mereka bertanyakan kepada pengembala "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu ? "... "Aku mempunyai semua yang kalian inginkan," sahut penggembala itu.... "Tetapi aku lihat wajah kamu semuanya seperti kaum bangsawan.... Aku rasa kamu seperti sedang melarikan diri.... Cuba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kamu ini !"

jawab mereka. "Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta... Apakah kami akan selamat jika kami menceritakan yang sebenarnya ?" "Ya," jawab penggembala itu.... Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka... Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera berlutut di depan mereka, dan berkata "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian.... Kalian berhenti sajalah dahulu di sini ....Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya.... Nanti aku akan segera kembali  kepada kamu..." Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya.... Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."

Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, kelihatan wajah pendita Yahudi yang bertanya itu seolah-olah sedang bersungguh untuk mengetahui dengan lebih lanjut tentang cerita tersebut.... lalu dia bertanya lagi,.. "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, cuba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?".... "Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Talib, "Kekasihku Muhammad Rasul Allah SAW. menceritakan kepadaku, bahawa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qitmir....

Mereka lalu pergi meneruskan perjalanan sehingga bertemu dengan sebuah bukit...  mereka naik ke atas bukit itu ....dan berjumpa dengan sebuah gua...

Pendeta Yahudi itu bertanya Imam Ali lagi... "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!" Imam Ali menjelaskan: "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram !"

Ali bin Abi Talib meneruskan ceritanya " mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua.... Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat Maut supaya mencabut nyawa mereka.... dan Allah SWT mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri.... Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri..."

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta... ia bertanya tentang enam orang pembantunya.... Ia mendapat jawapan bahawa mereka itu semua telah melarikan diri.... Raja Diqyanius sangat marah... dan memerintahkan 80,000 pasukan berkuda untuk berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri.... mereka bertemu dengan anak bukit bukit itu, kemudian mendekati gua..... Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua.

Kepada para pengikutnya raja berkata "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua itu.... Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari! " ....Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan dan simen... Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya.. "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu." Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun...

Kemudian Allah SWT mengembalikan semula nyawa mereka,... mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidur... Yang seorang berkata kepada yang lainnya "Malam tadi kita lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air !"

Setelah mereka berada di luar gua, mereka lihat mata air itu sudah mengering  dan pohon buah yang ada pun sudah menjadi kering juga.... Allah SWT membuat mereka mulai merasa lapar... lalu mereka saling bertanya "Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa wang untuk mendapatkan makanan ?

Tamlikha kemudian berkata "Hai saudara-saudara, biarlah aku sahaja yang pergi untuk mendapatkan makanan.... Hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini! " Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalinya, ....melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui... Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar dan bertuliskan "Tiada Tuhan selain Allah ..."

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri " adakah aku ini masih tidur !" Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil... Ia berjalan dengan orang-orang yang belum pernah dikenalinya.... Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti " Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini ?"... "Aphesus," sahut penjual roti itu.... " Siapakah nama raja dibandar ini ?" tanya Tamlikha lagi.... "Abdurrahman," jawab penjual roti...


"Ambillah wang ini dan berilah makanan kepadaku!"... Melihat wang itu, penjual roti itu kehairanan.... Kerana wang yang dibawa Tamlikha itu wang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat...

........bersambung

No comments: